Penggalan pidato presiden Soekarno diatas merupakan kalimat yang cukup popular dan seringkali dikutip. Dalam pemaknaan Soekarno masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh generasi muda. Generasi inilah yang nantinya akan menjadi pelaku-pelaku perubahan yang menjawab kompleksitas tantangan zaman. Dalam sejarah kebangsaan Indonesia pemuda memilki peran uatama dalam melahirkan momen-momen penting perubahan, mulai dari pra-kemerdekaam sampai dengan reformasi. Tahun 1908 dimana era kebangkitan nasional mulai menguat munculah Gerakan Boedi Oetomo yang kemudian melahirkan sumpah sacral “Soempah Pemoeda” tahun 1928. Pergerakan pemuda juga menjadi actor penting dalam persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tentu masih lekat diingatan bahwa proklamasi kemerdekaan diiringi dengan penculikan terhadap Soekarno oleh kelompok pemuda yang mendesak agar kemerdekaan Indonesia segera diproklamirkan. Pemuda juga masuk dalam barisan-barisan pelopor lahirnya Tritura yang memaksa Soekarno turun dari tampuk kekuasaan. Puncak Gerakan pemuda juga pecah di tahun 1998, ketika pemerintahan tirani Soharto dinilai gagal mengurus negeri. Betapa pemuda memiliki peran yang besar dalam sejarah kebangsaan. Lantas bagaimana situasi kekinian dan apa saja yang menjadi tantangan kedepan?
Masuk di era generasi milenial tantangan yang dihadapi pemuda tentu saja berbeda. Sebagai generasi yang sangat lekat dengan teknologi dan internet pemuda dihadapkan pada dunia borderless—tanpa batas, tanpa sekat. Apapun yang diinginkan dapat diakses dengan mudah, baik yang negative maupun positif. Siapaun memiliki ruang dalam dunia borderless, termasuk mereka yang memiliki kepentingan menyebarkan paham-paham ekstrimisme yang mengancam kurukunan antar-intra beragama. Pada situasi ini pemuda tidak lagi didorong semata menjadi generasi yang kreatif dan inovatif, tetapi bagaimana kemudian pemuda juga menjadi agen penebar nilai-nilai perdamaian dan toleransi.
Salah satu strategi yang sering diadopsi oleh organisasi masyarakat sipil dalam memerangi intoleransi agama ialah melalui dialog linta agama. Ruang ini bertujuan untuk membuka kesempatan bagi para pemeluk agama untuk berinteraksi secara kooperatif dan positif dengan tujuan untuk meningkatkan toleransi beragama dan mempromosikan hidup berdampingan secara damai. Forum Pemuda Lintas Agama (FPLA) ialah salah satunya. Dalam konteks kewilayahan Kabupaten Bantul, modal tersebut telah dimiliki. Diinisiasi oleh Kemenag Kabupaten Bantul FPLA Bantul terbentuk di tahun 2016. Setidaknya 2 kali kegiatan outbond telah dilakukan dalam rentang tahun 2016-2019. Dalam perjalanannya FPLA Bantul menghadapai beberapa tantangan yang penting kiranya untuk direspon. Bahwa beberapa tahun terakhir kasus intoleransi muncul di kabupaten Bantul. Dan yang bisa dilakukan untuk menghalau praktik-praktik intolerasni muncul ialah dengan menggiatkan kembali ruang perjumpaan lintas agama yang ada ditengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, kami Pusham UII bekerjasama dengan FKUB Bantul dan Kemenag Bantul, bermaksud untuk mengadakan diskusi dengan melibatkan peran aktif FPLA Bantul dan organisasi-organisasi agama lainnya. Diharapkan melalui disksui tersebut FPLA Bantul dapat kembali aktif dan mengambil peran sebagai agen penebar kerukunan dan toleransi.
Tujuan Kegiatan
Diskusi “Pemuda Lintas Agama dan Agen Penebar Toleransi” bertujuan untuk mempertemukan kembali anggota FPLA Bantul dan organisasi keagamaan di wilayah Bantul untuk saling merefleksikan pengalaman masing-masing dan merencanakan agenda-agenda sederhana yang memungkinkan untuk dilakukan sebagai upaya menumbuhkan toleransi.
Waktu
Sabtu, 7 Maret 2020
Jam 09.00 – 13.00 WIB
Tempat
Aula Kemenag Bantul
Peserta :
- Anggota FKUB Bantul (5 Orang)
- Kesbangpol Bantul (3 Orang)
- Kemenag Bantul (3 Orang)
- Penyuluh Agama Budha (2 Orang)
- Penyuluh Agama Hindu (2 Orang)
- Penyuluh Agama Islam (2 Orang)
- Penyuluh Agama Katolik (2 Orang)
- Penyuluh Agama Kristen (2 Orang)
- Pemuda Budha (4 Orang)
10. Pemuda Katolik (3 Orang)
11. Pemuda Kristen (2 Orang)
12. PERADAH (4 Orang)
13. OMK Shanto Sivester (3 Orang)
14. NU (10 Orang)
15. Muhammadiyah (10 Orang)
16. KNPI (2 Orang)
Download Materi :